Cerita Tentang Kamera #1

0 Comments

I like the concept of photography ― When the lens captures the moments, it's as if those moments will stay there forever.

(Annalise ― Refrain)

Tuhan memang selalu lebih tahu apa yang kita butuhkan. Keterbatasan manusia dalam mengingat sesuatu pun ada maksudnya. Hanya supaya kita bisa melupakan sesuatu yang seharusnya tak perlu diingat.

Aku bukan fotografer yang ngerti banget bagaimana membuat foto keren. Aku hanya tau kalau foto adalah salah satu hal yang bisa menyimpan kenangan. Salah satu objek yang bisa mengabadikan sebuah peristiwa dan mungkin tak akan tersimpan dengan baik dalam lorong-lorong otakku yang lemah dalam mengingat. Sama halnya seperti tulisan yang ku buat dalam lembar-lembar kertas diari sejak sekolah dasar.

Dibesarkan dalam sebuah lingkungan keluarga yang cuek dengan hal-hal sepele seperti foto, tak banyak memori yang bisa ku abadikan dalam jepretan kamera. Bahkan aku tak pernah tau wajahku ketika balita karena tak ada satu pun foto tentang itu. Juga foto mendiang ayah yang wajahnya selalu aku rindukan saat malam ketika aku merasa sendirian. Di saat aku terobsesi pada potongan memoriam berwujud gambar-gambar itulah aku mengenalmu. Sosok orang yang bisa sangat bersemangat menjelaskan apa itu fotografi. Meskipun otakku yang bebal tetap tak mengerti apa itu fotografi dan bagaimana menangkap objek yang tepat hingga jadi gambar sempurna dalam sebuah bingkai. Sesederhana apa pun kamu menjelaskan, yang ku tahu foto hanyalah sebuah catatan peristiwa tanpa kata-kata.

Namun, ada kalanya aku tak ingin menyimpan sebuah memori. Seperti sekarang, aku hanya ingin menghapusnya, menghapus segala hal tentang kita. Ingin merobek kertas-kertas berisi coretan dalam diari yang menuliskan bahagianya menjadi "kita", bukan aku dan kamu seperti saat ini. Ingin membuang semua gambar yang terbingkai lewat jepretan kamera dan tersimpan rapi dalam folder-folder laptopku. Serta beberapa lembar yang terlanjur tercetak dalam kertas foto dan memenuhi dinding kamarku. Anehnya, sekeras apapun aku mencoba tak mengingatnya, kelebat tentang kita masih tetap berlalu-lalang di kepala. Bahkan hingga saat ini, nyaris 3 tahun kita tak saling menyapa, tak saling bertatap muka.


You may also like

No comments: