Awalnya aku hanya tau sebuah nama. Sekali, dua kali dan selanjutnya. Lalu sepotong demi sepotong deskripsi tentangmu mulai nyata. Aku tau kamu siapa, namun aku tak tau seperti apa dirimu sebenarnya. Seperti menyusun puzzle, keping terakhir adalah saat kita bertemu di kesempatan yang tak disengaja. Hanya beberapa menit kita bertukar kata tanpa saling mengucap nama. Hingga hari berikutnya seseorang bertanya tentang pertemuan kita. Keping terakhir pun terpasang tepat di tempatnya. Hingga terlihat sosokmu, seseorang yang selama ini hanya tokoh dalam cerita.

Tapi...
Dinding-dinding kasat mata seketika harus mengubur episode cerita berikutnya. Dinding perbedaan dan segala macam yang melatar belakanginya. Tau diri, itu saja. Karena aku masih punya kaca.

Maka secepat dia datang, secepat itu pula aku mengusirnya. Tak mau terjebak pada perasaan yang akan lebih menyiksa jika dipelihara. Cukuplah kamu menjadi cerita dan sosok yang ku temui serta ku kenal secara tak sengaja. Lagipula, mungkin kesempatan beberapa menit itu adalah pertama dan terakhir kalinya kita bertegur sapa.